Memilah Sampah Organik Dan Anorganik

Memilah Sampah Organik Dan Anorganik – Hari Peduli Sampah Nasional tahun ini mengajak masyarakat untuk memperlakukan sampah sebagai komoditas ekonomi di masa pandemi.

Dokumentasi foto siswa SDN 131 Kota Jambi yang membuat materi kampanye sadar sampah dalam rangka Hari Sadar Sampah Nasional tanggal 21 Februari.

Memilah Sampah Organik Dan Anorganik

Memilah Sampah Organik Dan Anorganik

Rumah tangga di Indonesia jarang memilah dan mendaur ulang sampah. Padahal, salah satu kegiatan pengurangan, penggunaan kembali, dan daur ulang sampah merupakan langkah awal menuju terciptanya ekonomi sirkular.

Pengumpulan Dan Pengelolaan Sampah Menjadi Karya Sebagai P5 Kurikulum Merdeka Belajar

Pemerintah mengusulkan kepada masyarakat untuk mengelola sampah sedemikian rupa sehingga memiliki nilai ekonomi dan mengembangkan industri pengelolaan sampah seperti pengumpulan, pengangkutan, alat dan mesin pengolahan sampah, daur ulang, pengomposan, biogas, energi alternatif dari sampah.

Paradigma sampah sebagai sumber daya ekonomi dijelaskan dalam Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 Tahun 2008. Pengelolaan sampah dilakukan dengan pendekatan terpadu, dimulai dari tahap hulu dan diakhiri dengan produksi produk yang dapat menjadi sampah. Nantinya, ketika produk tersebut menjadi limbah, produk tersebut dapat dikembalikan dengan aman ke lingkungan.

Dengan paradigma baru ini, pengelolaan sampah dicapai melalui pengurangan dan pengelolaan sampah. Pengurangan sampah sedikit banyak mulai direalisasikan, namun pengelolaan sampah belum menjadi kegiatan sosial yang umum.

Berdasarkan survei yang dilakukan akhir Oktober tahun lalu, 8 dari 10 responden sudah mulai mengurangi sampah. Upaya yang paling umum dilakukan adalah mengurangi penggunaan kantong plastik (38,5 persen). Ada pula yang membawa botol minuman/wadah makanan dan membuat kompos.

Warga Jakarta Tidak Tahu Perbedaan Jenis Sampah

Kesadaran ini dapat dikaitkan dengan program kampanye yang bertujuan untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, yang telah secara aktif digalakkan oleh pemerintah selama dua tahun terakhir. Banyak pemerintah daerah juga telah mengeluarkan peraturan daerah yang melarang penggunaan kantong plastik di tempat komersial, dengan sanksi atau denda.

Kegiatan pengelolaan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pengolahan akhir. Menurut UU Pengelolaan Sampah, daur ulang sampah merupakan tanggung jawab setiap rumah tangga. Namun hingga saat ini, belum banyak masyarakat Indonesia yang benar-benar melakukan hal tersebut.

Hasil survei menunjukkan hampir separuh responden belum pernah memisahkan sampah organik dan anorganik. Selain itu, dua pertiga responden mengaku belum pernah mengolah sampah menjadi produk yang bernilai ekonomis.

Memilah Sampah Organik Dan Anorganik

Memilah sampah sebenarnya sederhana. Di atas kertas, masyarakat harus memisahkan sampah organik (sampah sayur/buah, tulang/duri hewan) dan sampah anorganik (plastik, kertas, busa). Hal ini dicapai dengan menyediakan dua atau lebih wadah yang dapat menampung berbagai jenis sampah.

Jakarta Smart City On X: “setidaknya, Satu Orang Rata-rata Menghasilkan 0,7 Kg Sampah Setiap Hari. Sedangkan, Satu Kecamatan Di Jakarta Per Harinya Menghasilkan 168 Ton Sampah.⁣⁣ Kini, Bayangkan, Berapa Banyak Sampah Yang

Namun, hal ini sebenarnya tidak terjadi. Sampah organik, anorganik, bahan berbahaya dan beracun atau B3 (baterai/elektronik) segera dimasukkan ke dalam wadah dan dibuang ke tempat sampah depan rumah.

Pemilahan sampah rumah tangga dapat membantu mengelompokkan sampah yang dapat dimanfaatkan, didaur ulang, dan tidak dapat dimanfaatkan. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam “Modul Pengelolaan Sampah 3R (2010)” menyatakan bahwa pemilahan sampah mempunyai banyak manfaat.

Manfaat tersebut meliputi barang-barang yang masih dapat digunakan dan tidak terbuang percuma. Kemudian memberikan penghasilan tambahan kepada masyarakat dan pendaur ulang sampah dengan menjual sampah yang mempunyai nilai ekonomi. Hal ini juga dapat mengurangi jumlah sampah yang dikirim ke tempat pembuangan sampah dan melindungi kesehatan dan keselamatan mereka yang menangani sampah. Bonus tambahannya adalah mengurangi polusi dan menjaga lingkungan tetap bersih.

Memilah sampah bukanlah tugas yang mudah bagi seluruh rumah tangga di Indonesia. Di Kelurahan Banjasari, Jakarta Selatan, tempat program Bank Sampah berjalan sejak tahun 1980-an, tidak semua warga mengetahui cara memilah sampah.

Pentingnya Memilah Sampah Sebelum Dibuang

Merujuk pada studi “Pengelolaan Sampah Masyarakat: Kasus Dua Komunitas di Sleman dan Jakarta Selatan” (Beta dkk, 2008), rata-rata kapasitas pemilahan sampah rumah tangga di Banjarsari hanya 56 persen. Sisanya masih berupa campuran sampah organik dan anorganik.

Menurut penelitian “Analisis Perilaku Pemilahan Sampah di Kota Surabaya” (Elga, 2019), perilaku pengelolaan sampah masyarakat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari tingkat pengetahuan masyarakat, pendapatan, waktu luang dan pendidikan. Faktor eksternal meliputi penegakan hukum, penyediaan infrastruktur, dan sosialisasi.

Salah satu penyebab masyarakat tidak memilah sampah adalah karena tidak mengetahui jenis-jenis sampah. Sederhananya, masyarakat hanya mengetahui bahwa barang-barang yang sudah tidak terpakai atau sisa aktivitas sehari-hari otomatis menjadi sampah dan harus segera dibuang ke luar rumah.

Memilah Sampah Organik Dan Anorganik

Menurut UU Pengelolaan Sampah, pemilahan dan daur ulang sampah merupakan tanggung jawab setiap rumah tangga. Namun hingga saat ini, belum banyak masyarakat Indonesia yang benar-benar melakukan hal tersebut.

Wcdi Jember Terus Sosialisasikan Pentingnya Memilah Sampah

Kalau masyarakat tidak tahu jenis sampahnya, bagaimana cara memilah atau mendaur ulangnya. Atau, jika Anda sudah mengetahui jenis sampahnya, namun belum mengetahui cara mengatasinya.

Faktor lainnya adalah masyarakat belum mengetahui bahwa sampah yang dipilah berdasarkan jenisnya dapat didaur ulang atau mempunyai nilai ekonomi. Berdasarkan berbagai penelitian mengenai perilaku pengelolaan sampah, ketidaktahuan ini juga menjadi faktor yang mempengaruhi.

Studi yang dilakukan di Sleman dan Banjasari menunjukkan bahwa hasil pengelolaan sampah kota belum dimanfaatkan secara optimal. Misalnya, hasil pengomposan sampah di Banjasar hanya diterima oleh pemulung dan tidak dijual kepada orang lain. Hal ini menghambat pelaksanaan program Banjasari.

Berbeda dengan penelitian “Analisis Perilaku Pemilahan Sampah di Kota Surabaya”, masyarakat ekonomi lemah di Surabaya cenderung memilah dan mendaur ulang sampah karena adanya insentif ekonomi dari kegiatan tersebut. Sampah anorganik dikumpulkan di depo sampah di setiap lingkungan dengan omzet Rp 1–2 juta per bulan.

Katadata: Gerakan Memilah Sampah Perlu Didukung Infrastruktur Dan Insentif

Hal serupa juga terjadi di Desa Genteng (Kabupaten Sumedang, Jawa Barat) pada penelitian “Perubahan Pola Pikir Masyarakat Tentang Sampah Melalui Daur Ulang Sampah Organik dan Anorganik” (Hetty dkk, 2017). Warga Desa Genteng mendaur ulang limbah kopi menjadi produk ekonomis seperti gantungan kunci, pupuk, dan pakan ternak.

Rusdian, 32, tewas di dalam miniatur truk berbahan gagang es krim kayu di rumahnya di Sijah, Kota Bogor, Jawa Barat, Minggu (13 Des 2020). Selain gagang kayu dan tusuk sate es krim, Rusdian juga mendaur ulang sisa-sisa roda mainan bekas dan kawat bekas sebagai bahan baku pembuatan miniatur tersebut.

Namun, ketika masyarakat sudah memahami ilmu pemilahan sampah, mereka mungkin tidak mau mempraktekkannya. Hal ini mungkin disebabkan karena masyarakat masih beranggapan bahwa pengelolaan sampah adalah urusan negara dan tidak perlu melibatkan masyarakat dalam hal ini.

Memilah Sampah Organik Dan Anorganik

Menurut penelitian “Pentingnya Pengetahuan Pengelolaan Sampah dalam Mempromosikan Pemilahan Sampah Kota di Indonesia” (Zakianis dan Jaja, 2017) dan dikutip dari studi pemilahan sampah di Surabaya, perilaku pemilahan sampah dikaitkan dengan kepedulian terhadap lingkungan. Kepedulian ini dapat memotivasi masyarakat untuk memilah dan mendaur ulang sampah.

Jual Neenkids Mainan Montessori Menempel Puzzle Edukasi Anak Paud Worksheet Souvenir Ulang Tahun Hadiah Anak Busy Page Busy Book Busy Board Peraga Mainan Pretend Play Stimulasi Motorik Kognitif Aktifitas Anak Usia Dini

Kepedulian ini dapat ditingkatkan melalui konsultasi pengelolaan sampah, yang memberikan peningkatan kesadaran, pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dan pengalaman dalam pengelolaan sampah. Kesadaran ini dapat ditingkatkan sejak dini, terutama pada pendidikan keluarga atau prasekolah.

Mirip dengan penelitian “Bantuan Belajar Memilah dan Membuang Sampah di TK Imbas 1” (Choirul dan Wahyu, 2017), siswa Taman Kanak-kanak diajarkan memilah dan membuang sampah selama setahun. Sekolah menerima tiga jenis sampah yang berbeda warnanya.

Pemantauan dilakukan setiap hari selama dua minggu berturut-turut hingga siswa dan guru terbiasa. Jika ada yang melakukan kesalahan, mereka mengingatkan siswa atau guru untuk membuang sampah pada tempatnya. Hasilnya, selama setahun observasi, siswa dan guru menjadi terbiasa memilah sampah dan membuangnya pada tempatnya.

Selain itu, kesadaran lingkungan dapat diciptakan dengan terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat melalui berbagai media. Banyak komunitas lingkungan hidup dan perusahaan jasa lingkungan seperti Waste4change, Sustainment, Garda Pangan, Kertabumi, Beberes.id, Sabumi dan Zero Waste terus meningkatkan paparan mereka terhadap pencemaran sampah dan sampah.

Mengapa Kita Sulit Memilah Sampah?

Selain faktor internal, pemilahan sampah juga dipengaruhi oleh pengaruh orang-orang di lingkungan Anda. Merujuk pada penelitian “Analisis Perilaku Pemilahan Sampah di Kota Surabaya”, masyarakat membuang sampah pada tempat yang telah ditentukan karena melihat orang lain melakukan hal yang sama.

Misalnya, masyarakat cenderung membuang sampah plastik ke tempat sampah khusus plastik ketika melihat isi tempat sampah plastik tersebut. Di sisi lain, ketika tempat sampah penuh dengan berbagai jenis sampah, masyarakat juga cenderung melakukan hal yang sama. Artinya, kesadaran memilah sampah yang dihasilkan semakin memudar.

Hal ini menjadi salah satu faktor selain keterbatasan kapasitas dan infrastruktur yang menyebabkan sulitnya pemilahan sampah di tempat umum. Sedangkan untuk sarana pembuangan dan pengangkutan sampah, masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah.

Memilah Sampah Organik Dan Anorganik

Tidak semua kota menyediakan tempat sampah untuk memisahkan jenis sampah di tempat umum. Bahkan wadah penyimpanan sampah sementara tidak memisahkan jenis sampah. Juga digunakan kendaraan pengangkut sampah seperti gerobak atau truk yang masih mencampur semua jenis sampah.

Jenis-jenis Sampah, Lengkap Beserta Penjelasannya

Tri (kanan) mengukur jumlah sampah plastik yang ditinggalkan warga di tempat pembuangan sampah Tri Alam Lestari di Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Minggu (12/6/2020).

Akibatnya kepercayaan masyarakat terhadap kegiatan pemilahan sampah menurun. Penelitian bertajuk “Mengidentifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepercayaan Masyarakat dalam Pemilahan Sampah” (Prima dan Benno, 2011) menyatakan bahwa sarana dan prasarana yang tidak memadai mempengaruhi kemauan responden untuk memilah sampah di tingkat rumah tangga. Sampah yang dipilah di rumah dianggap dibuang jika tidak dipilah menggunakan transportasi.

Kegiatan pemilahan sampah di Indonesia akan sulit dilakukan jika pemerintah tidak mendukung sistem pemilahan dan pengangkutan sampah. Namun kini kuncinya telah kembali ke setiap orang di masyarakat. Jika Anda tertarik pada keberlanjutan, Anda masih bisa melakukan penyortiran.

Proses selanjutnya menggunakan aktivitas komunitas sosial atau perusahaan pengelola sampah. Saluran alternatif yang dapat digunakan adalah bank sampah yang mulai berkembang di masyarakat. Jika belum punya, Anda bisa menggunakan jasa alternatif pengantaran dan daur ulang sampah seperti Waste4Change, Jakarta Recycle Center, Sustainment, Beberes.ID, Setali dan Bulksource.

Kkm Day 25

Sampah adalah emas dan bisa menjadi sumber pendapatan baru jika masyarakat bisa mengelolanya. Sekarang mari kita lakukan hal sederhana: mengurangi, memilah, dan mendaur ulang sampah. Desa ini terletak di pedesaan dan memiliki jumlah penduduk yang cukup besar, sebagian besar berprofesi sebagai petani. Seiring berjalannya waktu, permasalahan sampah memerlukan perhatian yang serius.

Pemilahan sampah penting dilakukan karena dapat mengurangi jumlah sampah yang dibuang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *