Sukar Buang Air Besar Disebabkan Oleh

Susah Buang Air Besar: Penyebab, Gejala, Komplikasi, dan Cara Mengatasinya

Susah buang air besar, atau konstipasi, adalah kondisi umum yang ditandai dengan frekuensi buang air besar yang berkurang, tinja yang keras dan sulit dikeluarkan, serta perasaan tidak tuntas setelah buang air besar. Kondisi ini dapat dialami oleh siapa saja, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, dan dapat sangat mengganggu kualitas hidup seseorang. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang penyebab susah buang air besar, gejala yang menyertainya, komplikasi yang mungkin timbul, serta berbagai cara efektif untuk mengatasi dan mencegahnya.

Penyebab Susah Buang Air Besar

Konstipasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik yang berkaitan dengan gaya hidup, kondisi medis tertentu, maupun efek samping obat-obatan. Memahami penyebab spesifik dari konstipasi yang dialami sangat penting untuk menentukan penanganan yang tepat. Berikut adalah beberapa penyebab umum susah buang air besar:

  1. Kurang Asupan Serat: Serat adalah bagian dari makanan nabati yang tidak dapat dicerna oleh tubuh. Serat berperan penting dalam menjaga kesehatan pencernaan karena membantu memperlancar pergerakan usus dan membentuk tinja yang lunak dan mudah dikeluarkan. Kurangnya asupan serat dalam makanan sehari-hari dapat menyebabkan tinja menjadi keras dan kering, sehingga sulit untuk dikeluarkan. Sumber serat yang baik meliputi buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh, dan kacang-kacangan.

  2. Kurang Minum Air: Air sangat penting untuk menjaga hidrasi tubuh, termasuk sistem pencernaan. Kurangnya asupan air dapat menyebabkan tinja menjadi kering dan keras, sehingga sulit untuk dikeluarkan. Air membantu melunakkan tinja dan mempermudah pergerakannya melalui usus.

  3. Kurang Aktif Bergerak: Aktivitas fisik membantu merangsang pergerakan usus dan meningkatkan metabolisme tubuh. Gaya hidup yang kurang aktif, seperti terlalu banyak duduk atau berbaring, dapat memperlambat pergerakan usus dan menyebabkan konstipasi.

  4. Menunda Buang Air Besar: Sering menunda buang air besar saat merasa ingin ke toilet dapat menyebabkan tinja menjadi lebih keras dan sulit dikeluarkan. Hal ini karena usus besar terus menyerap air dari tinja yang tertahan, sehingga tinja menjadi semakin kering dan padat.

  5. Perubahan Pola Makan: Perubahan pola makan yang drastis, seperti saat bepergian atau memulai diet baru, dapat mengganggu sistem pencernaan dan menyebabkan konstipasi. Tubuh membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan perubahan pola makan yang baru.

  6. Stres dan Kecemasan: Stres dan kecemasan dapat memengaruhi sistem pencernaan dan menyebabkan berbagai masalah, termasuk konstipasi. Saat stres, tubuh melepaskan hormon yang dapat memperlambat pergerakan usus.

  7. Efek Samping Obat-obatan: Beberapa jenis obat-obatan dapat menyebabkan konstipasi sebagai efek sampingnya. Obat-obatan tersebut antara lain:

    • Obat Pereda Nyeri: Obat pereda nyeri opioid (seperti morfin dan kodein) dapat memperlambat pergerakan usus.
    • Antidepresan: Beberapa jenis antidepresan dapat menyebabkan konstipasi.
    • Suplemen Zat Besi: Suplemen zat besi dapat menyebabkan tinja menjadi keras dan gelap, sehingga sulit untuk dikeluarkan.
    • Obat Antasida: Beberapa jenis obat antasida yang mengandung aluminium atau kalsium dapat menyebabkan konstipasi.
    • Obat Antihipertensi: Beberapa jenis obat antihipertensi dapat menyebabkan konstipasi.
  8. Kondisi Medis Tertentu: Beberapa kondisi medis tertentu dapat menyebabkan konstipasi, antara lain:

    • Sindrom Iritasi Usus Besar (IBS): IBS adalah gangguan pencernaan kronis yang dapat menyebabkan konstipasi, diare, atau keduanya.
    • Penyakit Radang Usus (IBD): IBD, seperti penyakit Crohn dan kolitis ulserativa, dapat menyebabkan peradangan pada saluran pencernaan dan menyebabkan konstipasi atau diare.
    • Hipotiroidisme: Hipotiroidisme adalah kondisi di mana kelenjar tiroid tidak menghasilkan cukup hormon tiroid. Hormon tiroid berperan penting dalam mengatur metabolisme tubuh, termasuk fungsi pencernaan.
    • Penyakit Parkinson: Penyakit Parkinson adalah gangguan neurologis progresif yang dapat memengaruhi pergerakan usus.
    • Sklerosis Ganda: Sklerosis ganda adalah penyakit autoimun yang dapat memengaruhi sistem saraf dan menyebabkan berbagai masalah, termasuk konstipasi.
    • Cedera Tulang Belakang: Cedera tulang belakang dapat memengaruhi saraf yang mengendalikan fungsi usus.
    • Kanker Usus Besar: Kanker usus besar dapat menyebabkan penyempitan usus dan menyebabkan konstipasi.
    • Divertikulitis: Divertikulitis adalah peradangan pada kantung-kantung kecil (divertikula) yang terbentuk di dinding usus besar.
  9. Kehamilan: Perubahan hormon selama kehamilan dapat memperlambat pergerakan usus dan menyebabkan konstipasi. Selain itu, tekanan dari rahim yang membesar pada usus juga dapat memperburuk kondisi ini.

  10. Usia Lanjut: Seiring bertambahnya usia, pergerakan usus cenderung melambat dan otot-otot di sekitar usus melemah. Hal ini dapat menyebabkan konstipasi pada orang lanjut usia.

Gejala Susah Buang Air Besar

Gejala konstipasi dapat bervariasi dari ringan hingga berat, tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan kondisi tersebut. Beberapa gejala umum susah buang air besar meliputi:

  • Frekuensi buang air besar yang berkurang: Buang air besar kurang dari tiga kali seminggu.
  • Tinja yang keras, kering, dan sulit dikeluarkan: Tinja mungkin berbentuk kecil-kecil seperti kotoran kambing.
  • Perut kembung dan terasa penuh: Perut terasa tidak nyaman dan begah.
  • Sakit perut: Kram perut atau nyeri di bagian perut bawah.
  • Perasaan tidak tuntas setelah buang air besar: Merasa masih ada tinja yang tertinggal di dalam usus.
  • Harus mengejan saat buang air besar: Membutuhkan usaha yang besar untuk mengeluarkan tinja.
  • Adanya darah pada tinja: Dapat disebabkan oleh robekan kecil di anus (fisura ani) akibat mengejan terlalu keras.
  • Mual dan muntah: Dalam kasus konstipasi yang parah.
  • Kehilangan nafsu makan: Akibat rasa tidak nyaman di perut.

Komplikasi Susah Buang Air Besar

Jika tidak ditangani dengan baik, konstipasi kronis dapat menyebabkan berbagai komplikasi, antara lain:

  • Hemoroid: Pembengkakan pembuluh darah di anus dan rektum akibat mengejan terlalu keras.
  • Fisura Ani: Robekan kecil di lapisan anus akibat tinja yang keras dan kering.
  • Impaksi Fekal: Penumpukan tinja yang keras dan kering di rektum yang tidak dapat dikeluarkan secara alami.
  • Prolaps Rektum: Keluarnya sebagian rektum melalui anus akibat mengejan terlalu keras.
  • Inkontinensia Fekal: Kebocoran tinja akibat tinja yang keras menekan otot-otot anus.

Cara Mengatasi Susah Buang Air Besar

Ada berbagai cara untuk mengatasi susah buang air besar, mulai dari perubahan gaya hidup hingga penggunaan obat-obatan. Berikut adalah beberapa cara efektif untuk mengatasi konstipasi:

  1. Perubahan Gaya Hidup:

    • Meningkatkan Asupan Serat: Konsumsi makanan yang kaya serat, seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh, dan kacang-kacangan. Targetkan untuk mengonsumsi 25-30 gram serat per hari.
    • Meningkatkan Asupan Air: Minum air yang cukup setiap hari, sekitar 8-10 gelas.
    • Berolahraga Secara Teratur: Lakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari, seperti berjalan kaki, berlari, berenang, atau bersepeda.
    • Jangan Menunda Buang Air Besar: Segera pergi ke toilet saat merasa ingin buang air besar.
    • Cobalah Posisi Jongkok: Posisi jongkok saat buang air besar dapat membantu meluruskan rektum dan mempermudah pengeluaran tinja. Gunakan bangku kecil di bawah kaki saat duduk di toilet untuk meniru posisi jongkok.
  2. Penggunaan Obat-obatan:

    • Pencahar Pembentuk Tinja (Bulk-forming Laxatives): Meningkatkan volume tinja dan membuatnya lebih lunak, seperti psyllium husk dan methylcellulose.
    • Pencahar Pelunak Tinja (Stool Softeners): Membantu melunakkan tinja, seperti docusate sodium.
    • Pencahar Osmotik (Osmotic Laxatives): Menarik air ke dalam usus untuk melunakkan tinja, seperti polyethylene glycol (PEG) dan magnesium sitrat.
    • Pencahar Stimulan (Stimulant Laxatives): Merangsang pergerakan usus, seperti bisacodyl dan senna. Gunakan hanya jika diperlukan dan sesuai petunjuk dokter karena dapat menyebabkan ketergantungan.
    • Supositoria atau Enema: Digunakan untuk membersihkan rektum dan usus besar bagian bawah.

Penting untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan obat-obatan pencahar, terutama jika Anda memiliki kondisi medis tertentu atau sedang mengonsumsi obat-obatan lain.

Pencegahan Susah Buang Air Besar

Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Berikut adalah beberapa tips untuk mencegah susah buang air besar:

  • Konsumsi makanan yang kaya serat setiap hari.
  • Minum air yang cukup setiap hari.
  • Berolahraga secara teratur.
  • Jangan menunda buang air besar.
  • Kelola stres dengan baik.
  • Perhatikan efek samping obat-obatan yang Anda konsumsi.
  • Berkonsultasi dengan dokter jika Anda memiliki riwayat konstipasi kronis atau kondisi medis tertentu yang dapat menyebabkan konstipasi.

Kapan Harus ke Dokter?

Segera konsultasikan dengan dokter jika Anda mengalami susah buang air besar disertai dengan gejala-gejala berikut:

  • Nyeri perut yang parah.
  • Perdarahan rektum yang signifikan.
  • Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.
  • Perubahan kebiasaan buang air besar yang signifikan.
  • Mual dan muntah yang terus-menerus.
  • Tidak dapat buang angin (kentut).

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan mungkin memerlukan pemeriksaan tambahan, seperti kolonoskopi, untuk menentukan penyebab konstipasi dan memberikan penanganan yang tepat.

Kesimpulan

Susah buang air besar adalah masalah umum yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Dengan memahami penyebab, gejala, komplikasi, dan cara mengatasinya, Anda dapat mengambil langkah-langkah untuk mencegah dan mengatasi konstipasi secara efektif. Perubahan gaya hidup, seperti meningkatkan asupan serat dan air, berolahraga secara teratur, dan tidak menunda buang air besar, merupakan langkah penting dalam menjaga kesehatan pencernaan. Jika Anda mengalami konstipasi kronis atau disertai dengan gejala-gejala yang mengkhawatirkan, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *